Kamis, 10 Oktober 2013

Cerpen Persahabatan dan Cinta




Description: DILEMA
(Awal Sebuah Pilihan : Sahabat dan Cinta)


       Aku masih terpaku menatap lekat-lekat sosoknya.Seorang gadis yang sebaya denganku, yang telah cukup lama menjadi teman akrabku.Aku pun hampir tidak mengingat, bagaimana kami bisa saling mengenal dan berlanjut menjadi seorang sahabat.Ya, sahabat. Sesuatu yang spesial bagi tidak sedikit orang.Sosok yang selalu ada saat kau jatuh hingga kau telah berada di atas angin.
      Keisya.Merupakan panggilan akrab untuknya.Dikatakan dewasa, dia sungguh kekanak-kanakan.Disebut penyabar, tidak selalu seperti itu keadaannya. Namun entah karena hal apa aku sanggup berlama-lama di dekatnya. Waktu satu jam bukan lagi waktu yang cukup memuaskan bagi kami untuk saling bercerita dan berkeluh kesah. Mulai dari segala hal yang sedih, aneh, lucu, keren menurut versi kami, dan banyak lagi hal-hal tak penting yang kami bahas.
‘Sahabat Selamanya’

      Sekiranya itu adalah ikrar setia kami untuk terus bersama hingga tangan Tuhanlah yang memisahkan. Jika kalian pernah membaca sebuah novel Firefly Lane karya Kristin Hannah, kalian pasti akan menemukan dua tokoh yang telah membuktikan kesetiaan janji mereka. Janji untuk bersahabat selamanya.Terlalu berlebihan memang, jika kami harus disejajarkan dengan kedua tokoh istimewa itu, Tully dan Kate. Namun, dalam segala situasi yang penuh dengan kecambuk akan kelabilan ego kami masing-masing, kami mencoba untuk bisa memenuhi janji kami sabagai sahabat selamanya.
Hingga semua itu berubah keadaannya.Terjadi begitu saja.Dan berhasil menghancurkan semuanya dalam sekejap.Tepat di pertengahan Oktober lalu, semua itu kepahitan berawal dan sebuah hubungan yang erat pun berakhir.Penghianatan.Sebuah kata kunci yang terasa pantas untuk disandang.

“Sya,…….”. tiba-tiba Keisya datang padaku dengan berderai air mata. Seperti biasa, ia  meletakkan kepalanya di pundakku.
“Ada apa, Kei? Cerita aja, nggak usah kaya begini lah”.
“Kak,….”. ucapnya menggantung. Tampak keraguan darinya untuk bicara.
“Iya, Dik… Ada apa?”
“Dia jahat, Kak “, ucapnya terisak.
“Maksudmu?”
“Farhan mutusin aku, Kak”.
“Apa?Bagaimana bisa?Awas aja kalau aku ketemu ama dia. Huh!” seruku geram penuh umpat pada Farhan.
“Memang apa yang sudah terjadi?Kalian bertengkar?”
Keisya hanya terdiam.Isaknya terdengar makin dalam.Makin perih menusuk relung batinnya.“Baiklah, kalau kamu nggak bisa cerita nggak apa-apa.Tapi ingat ya, aku selalu ada buat kamu”, ucapku berusaha menghiburnya.
J”. ia hanya tersenyum dan menatapku mendalam. “Terimakasih Rasya. Terimakasih”, ucapnya diiringi dengan jatuhnya bulir-bulir bening pada pipinya.
“Yang penting kau bahagia, Dik. Bukankah kita akan menjadi sahabat selamanya?”.
“Untuk sahabat sejati selamanya”, sahut Keisya sambil mengaitkan kelingkingnya pada kelingkingku.Tampak sebuah senyum tersungging di wajahnya.Ia tampak manis, meski aku tahu ia tengah membohongi dirinya sendiri dengan senyumnya yang penuh kegamangan saat ini.

Hari-hari muram buat Keisya telah berlalu.Dapat terlihat lagi auranya yang periang dan senyumnya yang menggoda. Dengan centilnya ia menghidupkan suasana di kelas kami. Mungkin, itu salah satu alasan mengapa aku rela menjadi sahabatnya.
“Wah, lagi seneng ni ye…”, godaku padanya.
“Maksud kak Rasya apa sih?Dateng-dateng langsung nyeplos begitu? Plis deh,…”, timpalnya padaku.
“Sepertinya ada sesuatu nih. Makanya si putri ini lagi doyan nyengar-nyengir nggak jelas”.
“Emang menurut kakak begitu ya?” ujarnya tanpa menatap aku, sambil nyengar-nyengir gak jelas.
“Inggih, Sayang…. Emang ada apa sih? Cerita dong”.
“Rasya tahu Bramasta kan?”
“Emang kenapa?”
“Orangnya perhatian ya, Kak. Baaaiiikkk banget”

Aku sangat terkejut akan apa yang baru saja dikatakan Keisya. Entah aku merasa ada sesuatu mengganjal di hatiku.Ada serpihan rasa tak rela yang menghujam dada.Seketika lidahku kelu. Tanpa ingin membuatnya kecewa akan responku yang tidak cukup baik, ku lemparkan senyum padanya. Berharap ia tak menyadari akan adanya kegamangan dalam hatiku.
Mulai saat itu, Keisya tak lepas dari topic yang membahas tentang Bramasta.Anak laki-laki di sekolah kami yang bisa dikatakan tenar. Berperawakan tinggi, putih, bermata sedang, dan jika tersenyum maka akan timbul sebuah cekungan di sudut pipinya. Dan semenjak hari itu pula, waktu malamku terasa panjang dan melelahkan.Bramasta adalah kawanku saat kelas 4 SD dahulu. Kedua orangtua kami pun sudah cukup mengenal.Tak jarang Ibu mengundang mereka –Bramasta dan keluarga- dalam setiap acara penting keluarga kami, begitu juga sebaliknya.Kami tergolong dekat, walau kini pada nyatanya hubungan kami semakin merenggang. Bahkan jika aku menceritakan hal ini pada teman-teman di sekolah ku kini, sungguh mereka akan benar-benar tidak percaya. Mustahil untuk dapat dipercaya oleh mereka.Tak apalah, sempat mengenal bahkan mejadi kawannya pun jadi hal istimewa buatku.Dan semua yang telah terjadi  antara aku dan Bramasta seakan sudah cukup memberikan alasan untuk menumbuhkan rasa kagum dari ku untuknya.

        Dengan terus melajunya sang waktu, rasa kagum itu kian menjalar, merambat dan bersarang ke dalam ruang-ruang kosong di benakku.Semakin lama, semua rasa itu kian mendalam. Dan kini, . . . .tepat dihadapanku. Seorang gadis yang telah kuanggap bagai saudara, menceritakan sosok Bramasta dengan binar-binar kekaguman yang tampak di matanya.
“Apa kamu mengagumi, Bramasta?” tanyaku tiba-tiba pada Keisya.Semua terasa terlontar begitu saja dari mulutku.
Keisya diam., tersenyum dan melempar pandangannya pada goresan putih yang menggantung di langit biru yang gagah. “Menurutmu Rasya? Apakah seperti itu adanya?” ucapnya kemudian. Tergores sebuah senyum dari bibirnya.
Entah untuk yang ke-berapa kalinya aku membolak-balikkan tubuhku di atas ranjang.Nyanyian jangkrik terdengar makin lantang, seiring dengan terhentinya suara riuh manusia yang rutin terdengar di pagi hari. Dari balik jendela, cahaya bulan telah memberi warna perak pada pepohonan di luar sana. Lambaian tirai-tirai di kamarku seakan mengabarkan bahwa sang angin darat telah menjaga nelayan-nelayan yang tengah memulai harinya demi sepiring nasi. Ku lempar pandangan pada jam dinding yang menggantung di seberang ranjangku. Pukul 02.00.Hingga saat ini kedua mataku enggan terpejam, walau perihnya mata ku rasa sudah.Kata-kata Keisya pagi tadi masih terngiang jelas dalam anganku.“Ah, aku tak boleh seperti ini.Lagi pula gak ada guna aku mementingkan hatiku sendiri.Toh, Bramasta tak memiliki perasaan apapun padaku. Bukankah cinta tak harus memiliki?” batinku lirih.Cinta.Inikah rasanya?Sesuatu yang selalu terdengar indah, magis, dan luar biasa, telah menjangkit diriku.Sesuatu yang selalu dibuat istimewa oleh para pengarang maupun penyair. Tapi,… mengapa semua seperti ini? Terasa sakit, berat, dan memilukan.Makin meracuni alam pikiranku yang kalut.Sungguh buruk kenyataan cinta yang sesungguhnya.Namun semua kembali pada satu pertanyaan singkat, “Pantaskah aku merasakan cinta saat ini?”


Pada saat disekolah ….
Matahari kian meninggi.Panasnya sungguh menyegat, serasa membakar hangat ubun-ubun kepala.Ku kayuh sepeda menuju perpustakaan umum.Dalam kondisi kalut seperti ini, ku luangkan sedikit waktu untuk sekedar mambaca buku, berharap semua masalah dapat terlupakan walau hanya sekejap.
Begitu sampai di dalam. Ribuan buku yang tertata rapi dalam rak-rak yang saling berjajar. Ku perintahkan langkah kakiku menuju kumpulan buku yang berlabel “Sastra dan Karya Fiksi”.
“Rasya!” tiba-tiba sebuah suara yang tak asing bagiku terdengar keras memanggil.
“Hei, Kei! Tumben ke sini.Sama…?” belum genap aku menyelesaikan kalimat tanyaku, sosok Rasta menyusul di belakang Kei.“Sepertinya aku sudah tahu jawaban atas pertanyaanku sendiri”. ujarku kemudian.
“Ku akui kau memang cerdas, Rasya”.
“Hei, Rasya! Udah lama banget nggak ketemu.Ngilang kemana aja kamu?”Rasta tiba-tiba datang dan menyapa ku.
“Bukankah yang selama ini sering ngilang itu kamu ya?Secara anak tenar gitu?”
“Bisa aja kamu, Sya.Kamu belum berubah ya.Masih pinter ngeles kaya dulu”.
“Oh ya?” jawabku singkat.“Aku emang nggak berubah, Rasta.Begitu juga perasaanku ke kamu. Mungkin selamanya akan tetap sama”, benakku kemudian. Jujur saja, seketika jantungku berdebar kencang, aliran darahku mengalir begitu cepat.Tubuhku gemetar.Tangan dan kakiku terasa kesemutan.
“Ehem..ehem… ada yang dikacangin di sini nih”, Kei berkomentar atas suasana yang terjdi.
“Wah, ada yang marah ni ye”, godaku.
“Oke.Kei, bisa kamu cerita gimana kamu bisa kenal dan bersahabat sama cewe bawel, cerewet, dan cengeng kayak dia?”
“Oh, gitu? Awas kamu ya”.
“Kamu ngancem ceritanya nih?” goda Rasta padaku.

Mulai detik itu, ku rasakan kembali kedekatanku dengan Rasta. Dan dapat ditebak, aku semakin sukar menghapusnya dari hatiku. Seakan ada harapan untukku. Jujur saja, aku merasa dia sangat perhatian kepadaku. Aku nyaman berada di dekatnya. Aku sering menghindari kontak mata dengannya, aku tak kuasa menatapnya lama. Tak jarang Rasta tersenyum geli dengan tingkahku yang serba salah. Namun, kami tidak hanya berdua saja dalam melewati hari. Ada Keisya. Sahabatku yang juga saingan hatiku akan Rasta.*****
‘Drrrrtt,,,ddrrrrtt,,’

Handphone ku bergetar.Ada sebuah pesan dari Rasta. Jujur, aku telah menantikannya sejak semalam. “. . . Happy Birthday, Friend. Moga tambah suskses aja dan selalu berada dalam naungan rahmat-Nya.Amiin. Oya, Sya hari ini aku mau ngundang kamu untuk makan bareng keluarga aku, udah lama juga kita nggak makan bareng.Jangan lupa kenakan gaun ungu itu. Aku harap kau menyukainya. . . .”, sms panjang lebar dari Rasta membuatku gembira dan bingung. Gembira tas undangannya dan bingung perkara gaun ungu yang ia sebutkan dalam pesannya. Gaun apa yang ia maksudkan?

“Kei, kamu nerima titipan nggak? Kiriman pos gitu, ada nggak?” tanyaku pada Keisya yang kini tinggal seatap denganku. Kini lagi-lagi kami kuliah di tempat yang sama. Dan ujung-ujungnya, kami memutuskan untuk tinggal di rumah kos satu atap.
“Hah, kiriman,titipan? aku nggak tahu tuh. Emang kenapa?” jawabnya dengan air muka yang aneh seketika.
“Nggak, aku butuh banget barang itu.Ada hal penting untukku.Terimakasih”.
“Yap, aku pasti akan memberimu kabar seputar kiriman yang datang, Rasya. Itu pasti.”
“Aku percaya padamu, Kei”.
“Ngng, Rasya,…”
“Iya, Kei?”
“Selamat ulang tahun”
“Terimakasih, Sobat.  Kau yang terbaik”.

Hatiku masih terbalut gelisah dan bersalah. Gaun pemberian Rasta tak berjejak, hilang. Aku pun tak menghadiri undangan makan malam dari keluarga Rasta. Aku tak tahu harus berkata apa pada mereka perkara gaun yang hilang itu. Aku malu. Rasta maafkan aku.
‘Bruak!!’
Sebuah kotak bersampul hitam jatuh dari lokerku. Penasaran, ku buka bungkusan kotak itu.Dan ku lihat isinya, sebuah kaset rekaman dan sebuah buku harian yang persis dengan milik Keisya. Apa maksudnya ini. Tak betah didekap penasaran, ku setel rekaman itu. Dan ternyata……

“Apa maksudmu melakukan ini semua, Keisya? Apa salahku padamu?” makiku pada Keisya setibanya aku di rumah. Awalnya aku tak percaya akan apa yang ku lihat dalam rekaman itu, tapi pernyataan Keisya pada buku hariannya cukup menjadi bukti.

. . . Tuhan, sungguh aku tak rela ini semua terjadi.Ternyata selama ini Kak Rasta lebih menaruh kagum pada Rasya.Bukan padaku! Tadi pagi, aku menemukan sebuah bingkisan bersampul ungu di depan pintu. Dibawa penasaran, kemudin ku buka isinya. Ternyata itu adalah kado ulang tahun dari Rasta untuk Rasya .Sungguh hati ini terbakar. Hatiku berkecamuk. Haruskah aku utamakan sahabatku atau perasaanku? Tak berselang lama, ada seorang gadis kecil melintas di hadapanku. Ku panggil ia, dan ku berikan gaun ungu itu padanya. Aku berkata padanya, bahwa ia harus memakai gaun ini jika tiba waktunya nanti. Ia tersenyum bahagia dan berlalu. Kembali aku menitihkan air mata. Rasya, maafkan aku.Sungguh aku tak kuasa menerima semua ini..
Rabu, 20 Oktober. . . .
“Rasya, aku… ak akk,..akkuuuu….”
“Sudah cukup, Kei.Aku lelah denganmu. Benar apa yang Tere katakan padaku. Kau memang tak punya hati. Kamu lebih mementingkan urusan dan kebutuhanmu sendiri.”.
“Tere? Apa yang telah ia katakan?”
“Tak penting. Yang terpenting adalah, aku telah menyadari bahwa kau adalah seorang penghianat besar. Aku kecewa padamu”.
“Aku bukan penghianat. Aku sahabatmu, Sya’.
“Sahabat? Tidak lagi untuk sekarang dan seterusnya”. Usai bicara aku lekas berlalu.
“Rasya,…”
Langkahku terhenti. Hatiku berontak untuk mencabut semua yang telah ku ucapkan. Namun, emosiku tak dapat teredam lagi. “Oh ya, Kei. Mulai siang ini aku tidak lagi seatap denganmu. Semoga kau segera tenang atas kepergianku. Dan,… terimakasih”, ucapku tanpa berbalik.
‘drrrrtttt…. Dddrrrtttt…’
Handphoneku bergetar untuk yang ke-sekian kalinya. Terpampang nama Keisya di layar handphoneku. Sudah hampir dua minggu aku tak menjawab sms atau menerima panggilan darinya.Hatiku masih nyeri saat mengingat semuanya. Aku juga menghindari Rasta. Jika Keisya memang benar-benar menginginkannya, akan ku relakan dia. Mungkin Rasta benar-benar bukan untukku.

Ku tatap lekat-lekat  foto yang tengah ke dekap. Bergamabar 3 remaja, satu laki-laki dan dua wanita. Mereka tersenyum riang menatap kamera.Di bawahnya tertera tulisan SAHABAT SEJATI SELAMANYA.
Air mata mengucur deras.Menusuk luka hati yang seakan terlanjur bernanah.Luka hati yang tak pernah aku inginkan.Luka hati yang telah mengorbankan sesuatu yang berharga dalam duniaku, persahabatanku.



                                           

Rabu, 09 Oktober 2013

kata untukmu

Tanpa tema, tanpa judul. Hanya pengungkapan.


Sekarang aku menyadari semua ini salah. Mendekatinya, mengaguminya, menyukainya, mengobrol dengannya, bahkan memandangnya saja salah.Ya, aku hanya seseorang yang hanya bisa berbicara, tanpa bukti. Beginilah aku di matamu.
Seseorang yang mempunyai banyak kesalahan. Di matamu, aku hanya manusia yang bisa menyalahkan orang, bermimpi dan berharap.
Ya, aku akui itu. Tapi sepanjang aku berpikir, aku tak pernah menyalahkanmu, apalagi menuduhmu seseorang pemberi harapan palsu. Karena aku tersadar, aku masih bisa berpikir dengan sisa akal sehat yang kupunya.
Bahwa memilikimu adalah mustahil, dan aku takkan pernah mampu menggapaimu.
Dan aku juga tersadar aku telah tertikam oleh pisau ilusi, dan juga tersadar, aku sesungguhnya hanya mengejar fatamorgana.
Kau hanyalah senja, yang hanya singgah sebentar di garis cakrawala, lalu dalam sekejap dapat tenggelam. Indah, tetapi hanya sementara. Sulit digapai.
Apalagi aku hanyalah seekor semut di labirin kehidupan, yang hanya mampu mengagumimu, senja. Dan mustahil menggapaimu.

Estetika kehidupan memang hal rumit. Aku pun tak menyangka aku bisa mengagumimu, yang sedang mengagumi seseorang.
Dan seketika aku bak sedang diguyur es, namun disambar petir sesudahnya.
Semua ini salah. Benar kan? Kau pasti akan memungkirinya.
Tercengang. Bahkan pemahaman ini tak dapat dijabarkan oleh Plato, Archimedes, Aristoteles, ataupun ahli filsafat lainnya.
Tak ada dalil yang sepaham. Ini bukan serupa dalil phytagoras ataupun teori kekelan energi yang dicipta oleh sang jenius, Albert Einstein.
Bahkan Chairil Anwar tak dapat menerjemahkannya dalam puisi sejuta makna; atau Ahmad Tohari dengan ceritanya yang mempesona.
Ya, dirimu sempurna! Sempurna dari seluruh makhluk yang sebenarnya tak sempurna.
Aku sedang memakimu, padahal setelahnya aku memaki diriku sendiri mengapa hal itu harus ku lakukan.
Sayang, aku hanyalah manusia bodoh, yang hanya bisa bertanya, tapi tak mampu menjawab.
Aku tidak akan pernah menyesal bahwa aku pernah mengagumimu. Justru sebaliknya, aku sangat menyesal, dan bertanya mengapa aku memakimu, dan berpura-pura membencimu sekarang.
Tapi apakah engkau begitu?

Hhh. Teori relativitas tidak berlaku dalam hal ini. Atau teori aksi-reaksi dalam fisika sekalipun.
Aku bukanlah seorang penyair, atau sastrawan hebat seperti Shakespeare dengan Romeo-Julietnya atau Jalaludin Rumi, yang dapat merangkai beribu kata menjadi bait-bait yang menakjubkan.
Jadi, itu lumrah, bila engkau membacanya, setelah itu kau menganggapnya sebagai coretan pena yang tiada berguna, atau mungkin engkau bahkan tega menganggapnya sebuah sampah.
Ini bukanlah sebuah sindiran, harapan, apalagi bualan.
Dan aku takkan pernah memaksamu untuk mengerti, memahami, lalu mengasihaniku.
Karena aku tahu engkau takkan pernah menyukaiku, ya aku paham. Mungkin aku terlalu hina bagi dirimu yang sempurna. Sekalipun aku sering mengataimu angkuh, dan seolah-olah sempurna.
Ini hanyalah beribu huruf yang tersusun menjadi beberapa kata, menyusunnya menjadi majas. Mengungkapkan pikiranku dan perasaanku yang masih tersisa.
Kau boleh menginjak-injakku, boleh! Meski aku sok melarangmu.
Karena aku pantas untuk diinjak, bukan?
Sekarang tiada lagi beribu tanda tanya. Beribu kata berupa harapan. Ilusi. Khayal. Semuanya telah habis terbakar kejujuranmu.
Terima kasih atas memori, yang bagiku kenangan masa lalu, yang telah kau rajut.
Terima kasih atas semua tatapan panasmu, kalimat pedasmu, langkah angkuhmu, senyum sinismu, picingan matamu, tawamu yang menghipnotis. Terima kasih atas segalanya.
Maaf aku telah mengagumimu, memakimu, bersikap angkuh kepadamu, senja.
Maaf aku telah mencacimu dengan jutaan kata sampah yang tak seharusnya ku ucapkan.
Ya, sekarang kau terserah, bebas mau menganggapku apa. Musuh? Israel? Sekutu? Predator? Sampah.
Atau mungkin setelah kau melihat deretan kata ini, kau akan menganggapku seorang penggombal , pembual, dan pendusta kelas kakap.
Atau mungkin juga sebaliknya? Kelas teri. Heh.

Tuhan, dimanapun engkau berada, meski sosokmu tak mampu kulihat, tak mampu ku gapai. Pegangi hambamu yang lemah, tapi berpura-pura kuat ini.
Yang tersenyum, tapi bersedih. Yang tertawa, tapi menangis. Yang hanya bisa omong dan berharap.
Tuhan, Engkau telah berjanji bukan? Bahwa Engkau akan selalu berada disisi hamba-Mu yang lemah.
Aku telah terjatuh, Tuhan. Tarik tanganku.
Aku sangat lemah, Tuhan. Biarlah Arsy-Mu menjadi sandaranku.
Aku telah menangis, Tuhan. Usaplah air mataku dengan belaian, serta kasih-Mu.
Dan Tuhan, berilah ampunan untuknya. Ampuni semua dosa-Nya. Maafkan semua kesalahannya. Tetap semangati dia, agar dia selalu berjalan lurus menuju-Mu.
Dan lapangkanlah hatiku Tuhan, jadikanlah aku termasuk ke dalam orang-orang yang ikhlas, dan berbesar hati.
Yang merupakan minortias dari milyaran manusia yang hidup di alam yang fana ini.
Semoga hamba-Mu ini termasuk salah satu hamba-Mu yang bersabar, dalam menempuh jalan panjang yang penuh duri, dalam mengecap pahit-manisnya kehidupan.

Biarlah hujan menghapus bayanganmu, tapi aku takkan membiarkan badai menerpa langkahmu.
Semoga waktu dapat menghapus memori yang menyakitkan, namun tidak menghapus namamu.
Biarlah takdir berjalan, abad berganti. Namun aku takkan pernah berharap karma mengancammu.
Semoga dirimu dapat menggapai dirinya, yang pasti jauh lebih baik dari aku, yang menjadi alasan mengapa kau tega menyakitiku sekarang. Semoga seseorang yang engkau kagumi merespon usahamu.
Semoga dirimu tidak seperti diriku.
Semoga kau tidak terikat masalah yang menghadangmu, tidak tertimpa beban yang memberatkanmu.
Semoga kau tetap menjadi yang terbaik, tidak hanya untuk diriku, tapi untuknya dan semua orang.
Dan tidak menjadi yang terburuk seperti arti diriku bagimu.
Aku takkan pernah menganggapmu buruk. Menganggapmu musuh ataupun virus yang harus dijauhi. Meskipun sebegitu buruk anggapanmu tentang diriku.
Aku juga takkan pernah mengutukmu atas tanggapanmu untuk diriku.

Ini bukan akhir. Tapi akan ku ucapkan selamat tinggal. Untuk rasa kagum, sakit hati, dan menyesal. Semoga mereka satu persatu dapat menghilang.

Senja.
2 Oktober, 2013.(karya:Limya Oktaviani)

Cara Membuat Akun Line di laptop

Cara Membuat Akun Line di laptop


Aplikasi Line dilaptop pasti hanya sedikit orang yg mngetahuinya, Gak Cuman akun line tapi wechat,kakaotalk,whatsapp juga bisa .
Baik langsung saja kita praktekkan

·         Silahkan download dulu aplikasi ini DISINI dan instal terlebih dahulu.

·         Kemudian setelah instal akan muncul tampilan seperti ini  


·       
  Kemudian Pilih salah satu aplikasi dan klik instal here

·         Kemudian klik Pencarian dan masukan nama aplikasi yang anda ingin download dan kita pilih LINE

·         Setelah pencarian maka akan muncul seperti ini dan Kemudian Klik pasang untuk memasang keaplikasi 

·         Dan Aplikasi akan terdownload silahkan tunggu sampai selesai mendownload.

·         Setelah selesai mendownload silahkan klik Buka

·         Dan kemudian proses pendaftaran, silahkan isi dengan negara Indonesia dan masukan No hp anda.


Tunggu Verifikasi No hp dulu Kemudian Tunggu proses Pendaftarannya
·         Ini dia Hasil pendaftaran kita dan kita bisa bermain Line sepuasnya Silahkan tambah pertemanan anda J

Senin, 07 Oktober 2013

Tugas Agama Islam Kelas IX (NERAKA)



Neraka adalah suatu tempat pembalasan bagi setiap orang yang ingkar atas perintah Allah swt dan selalu berbuat dosa selama didunia .Neraka adalah tempat yang sangat sengsara dan hina sehingga tidak dapat digambarkan dengan panca indera .     
         Allah telah menetapkan bagi orang-orang kafir ,mereka tempatnya dineraka kekal selama-lamanya ,sebagaimana firman Allah dalam surah al-baqarah ayat 39 berikut ini :

الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (39)                          
Artinya:
        Orang-orang kafir dan mendustakan ayat-ayat kami ,mereka itu penghuni neraka ,mereka kekal didalamnya (QS.Al-baqarah:39)
Nama-Nama Neraka :
a. Neraka wail
    Yaitu ,neraka yang paling ringan siksaannya (QS.104:1)
b. Neraka Hawiyah
    Yaitu ,neraka yang sangat dalam ,neraka yang didalamnya terdapat api yang sangat
    panas(QS.101:8-11)
c. Neraka Laza
    Yaitu ,neraka yang bergejolak apinya dan mengelupas kulit kepala (QS.70:15-18)
    Neraka Laza ,yaitu bagi memanggil orang-orang yang membelakangi dan yang berpaling
    (dari agama) Allah serta orang-orang yang mengumpulkan(harta bendanya) lalu
    menyimpannya
d. Neraka Sa’ir
    Yaitu ,neraka yang menyala-nyala dan menyediakan alat-alat pelempar setan (QS.65:5)
e. Neraka Hutamah
    Yaitu ,neraka yang membakar manusia sampai ulu hatinya (QS.104:4)
d. Neraka Jahim/Jahanam
    Yaitu ,neraka yang paling dalam dan berat siksaannya ,orang yang masuk kedalamnya
    tidak akan pernah bisa keluar .





Fungsi iman kepada hari akhir(kiamat)
         Telah kita ketahui bersama bahwa hari kiamat sudah pasti akan terjadi ,Maka tiap umat islam harus mempercayai itu .
Fungsi iman kepada hari akhir ,yaitu :
1. Sebagai ,motivasi untuk tekun beribadah ,agar memdapat balasan yang membahagiakan.
2. Sebagai ,motivasi untuk beramal saleh ,selalu berbuat baik ,dan meninggalkan perbuatan
    yang tercela.
3. Sebagai ,motivasi untuk senantiasa hidup dengan hati-hati dan waspada karena kelak
    tindakannya harus dipertanggung jawabkan .
4. Sebagai ,motivasi untuk berani dalam kebenaran dan rela berkorban .
5. Memperoleh ketenangan dan ketentraman hidup .